Masa lalu Condet sampai kini masih berselimut kabut. Penemuan kapak batu
zaman neolitikum memang membuktikan, daerah subur ini telah lama dihuni
orang. Namun, dari mana asal kata "Condet", masih jadi perdebatan.
Salah satunya, legenda Pangeran Geger yang tak diketahui asal-usulnya,
penguasa Condet di pertengahan abad ke-18. Konon, nama Condet berasal
dari nama alias Geger, yakni Pangeran Codet (karena ada bekas luka di
dahinya, dalam bahasa Betawi disebut codet).
Beristrikan Polong, si
Codet memiliki lima anak. Salah satu anaknya, Maemunah memiliki paras
nan rupawan, sehingga menawan hati pangeran asal Ujung-pandang,
Astawana, yang tinggal di sebelah timur Condet. Karena Astawana punya
kesaktian tinggi, Maemunah meminta mas kawin agak nyeleneh. Dia minta
dibikinin dua rumah di dua lokasi berbeda (kini Batuampar dan
Balekambang), hanya dalam satu malam. Permintaan itu berhasil dituruti
sang pangeran.
Maemunah pula, yang kemudian mewarisi tanah Condet
dari ayahnya. Sayang, si cantik ini kemudian diperdaya tuan tanah
Belanda, Jan Ament. Keturunan Jan yang tinggal di rumah besar di
Kampunggedong, bahkan akhirnya menjadi penguasa turun temurun Condet.
Anak-anak Ament rajin membuat aturan "yang enggak-enggak". Rakyat harus
membayar sewa tanah setahun sekali, sedangkan anak lelaki wajib nyetor
"kompenian", semacam pajak kepala sebesar 25 sen/minggu. Tak heran tahun
1916, rakyat Condet dipimpin Entong Gendut melakukan perlawanan
terhadap penguasa semena-mena itu, meski berhasil ditumpas kumpeni. Baru pasca kemerdekaan, keistimewaan tuan tanah diberangus. Condet kembali menjadi milik rakyat!