TENTANG LAYANG-LAYANG


Layang-layang (layangan) atau wau sebutan di sebagian wilayah Semenanjung Malaya adalah lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dengan tali atau benang oleh pengendali dengan memanfaatkan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Menurut catatan dokumen dari Cina, permainan layang-layang ini telah ada sekitar 2500 Sebelum Masehi. Sedangkan pada penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di awal abad ke-21 memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu) abad ke-17 yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan. Dari Cina, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa dan dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir

Terdapat berbagai tipe permainan layang-layang. Yang paling umum adalah layang-layang hias (bahasa Betawi disebut koang) dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena kuatnya angin berhembus pada masa itu. Di beberapa daerah Nusantara layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga pula, beberapa bentuk layang-layang tradisional Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun. Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu yang dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar
(*berbagai sumber)