DALAM RENUNGAN RAMADHAN



Lebaran sebentar lagi... Saya melihat kembali banyaknya orang yang mulai disibukkan oleh tradisi mudik serta tradisi baju baru, dan mengumpulkan jajanan berlimpah ruah sebagai pajangan di meja tamu. Namun untuk tradisi baju baru serta jajanan ini, apakah memang perlu? Bukankah makna dari semua ini adalah kemenangan serta kemerdekaan bagi seluruh umat untuk dapat merasakan kebersamaan dan saling berbagi. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mampu membeli baju serta jajanan? Bahkan ada sebagian dari mereka yang tidak tahu harus pulang (mudik) kemana... 

Selama bulan Ramadhan yang sedang berlangsung ini, kita secara rutin dilatih untuk hidup dalam kesederhanaan serta menata nafsu yang sering menyulitkan hati serta pikiran. Akankah kita merayakan segalanya seperti tradisi latihan komando militer dimana setiap tahunnya berbondong menuju ajang karnaval di tubuh kita dan berbondong bersalaman saling maaf-maafan? 

Sedangkan proses tetap berjalan di bulan Ramadhan yang belum usai. Namun bagi sebagian orang, mengumpulkan materiil duniawi menjadi salah satu keutamaan sendiri. Bahkan ketakwaan dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan lebih mengutamakan pada beberapa hal seperti perasaan malu dilihat orang lain jika tidak puasa, dosa akan dibersihkan seperti bayi baru lahir, amalan akan dilipatgandakan, dan sebagainya. Makna dari proses hidup serta perjuangan dalam melawan nafsu diri tidak menjadi arti apa-apa selain laku hidup yang penuh hitungan dan bunga. 

Menutup tulisan ini, saya ingin mengingat kembali tentang momen ini, semoga keyakinan saya akan KebesaranNya tidak terselimuti sesuatu yang berduri dengan mengutip pada pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya: "bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu

Ditulis oleh Okty Budiati